Peneliti di Brasil Temukan Pasien Covid-19 yang Terinfeksi Dua Jenis Virus Berbeda
loading...
A
A
A
RIO DE JANEIRO - Para peneliti di Brasil selatan menemukan pasien yang terinfeksi dua jenis virus corona baru secara bersamaan. Hal tersebut membuat para peneliti khawatir tentang meningkatnya jumlah varian di negara itu.
Baca juga: Innalillahi... Pendiri Band Cadas Rotor, Irfan Sembiring Dikabarkan Meninggal Dunia
Para peneliti, yang mengunggah temuan mereka di situs medis medRxiv, mengatakan, penelitian mereka akan menjadi yang pertama di dunia yang mengonfirmasi koinfeksi dengan dua jenis virus corona . Studi ini belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Kedua pasien berusia 30-an itu terinfeksi pada akhir November 2020 dengan varian P.2 dari virus corona yang diidentifikasi di Rio de Janeiro, juga dikenal sebagai garis keturunan B.1.1.28, dan secara bersamaan dinyatakan positif untuk varian kedua dari virus tersebut.
Seperti dikutip Reuters, Selasa (16/2), pasien melaporkan gejala ringan seperti batuk kering pada satu kasus, sakit tenggorokan dan sakit kepala pada kasus kedua. Pasien tidak membutuhkan rawat inap.
Kasus-kasus tersebut menggarisbawahi berapa banyak varian yang sudah beredar di Brasil dan menimbulkan kekhawatiran di antara para ilmuwan bahwa keberadaan dua strain dalam tubuh yang sama dapat mempercepat mutasi varian baru virus corona.
"Koinfeksi ini dapat menghasilkan kombinasi dan menghasilkan varian baru bahkan lebih cepat daripada yang telah terjadi," kata ketua peneliti studi, Fernando Spilki, seorang ahli virus di Universitas Feevale di negara bagian Rio Grande do Sul.
"Ini akan menjadi jalur evolusi lain untuk virus," tambahnya.
Varian baru membawa risiko penularan yang lebih besar dan kemungkinan resistansi terhadap vaksin yang saat ini sedang dikembangkan. Mutasi yang ditemukan pada varian virus corona di Inggris dan yang lebih baru di negara bagian Amazonas, Brasil tampaknya membuat virus lebih menular.
Baca juga: Sembilan Hari Dirawat di RS karena Covid-19, Uya Kuya Sudah Habiskan Biaya Rp130 juta
"Kasus-kasus tersebut menunjuk pada viral load yang signifikan yang beredar di Brasil karena koinfeksi hanya dapat terjadi ketika virus yang berbeda ditularkan dalam jumlah besar," tutup Spilki.
Lihat Juga: Covid-19 Kembali Serang Singapura, Ini Langkah Kemenkes untuk Halau Penyebarannya di Indonesia
Baca juga: Innalillahi... Pendiri Band Cadas Rotor, Irfan Sembiring Dikabarkan Meninggal Dunia
Para peneliti, yang mengunggah temuan mereka di situs medis medRxiv, mengatakan, penelitian mereka akan menjadi yang pertama di dunia yang mengonfirmasi koinfeksi dengan dua jenis virus corona . Studi ini belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Kedua pasien berusia 30-an itu terinfeksi pada akhir November 2020 dengan varian P.2 dari virus corona yang diidentifikasi di Rio de Janeiro, juga dikenal sebagai garis keturunan B.1.1.28, dan secara bersamaan dinyatakan positif untuk varian kedua dari virus tersebut.
Seperti dikutip Reuters, Selasa (16/2), pasien melaporkan gejala ringan seperti batuk kering pada satu kasus, sakit tenggorokan dan sakit kepala pada kasus kedua. Pasien tidak membutuhkan rawat inap.
Kasus-kasus tersebut menggarisbawahi berapa banyak varian yang sudah beredar di Brasil dan menimbulkan kekhawatiran di antara para ilmuwan bahwa keberadaan dua strain dalam tubuh yang sama dapat mempercepat mutasi varian baru virus corona.
"Koinfeksi ini dapat menghasilkan kombinasi dan menghasilkan varian baru bahkan lebih cepat daripada yang telah terjadi," kata ketua peneliti studi, Fernando Spilki, seorang ahli virus di Universitas Feevale di negara bagian Rio Grande do Sul.
"Ini akan menjadi jalur evolusi lain untuk virus," tambahnya.
Varian baru membawa risiko penularan yang lebih besar dan kemungkinan resistansi terhadap vaksin yang saat ini sedang dikembangkan. Mutasi yang ditemukan pada varian virus corona di Inggris dan yang lebih baru di negara bagian Amazonas, Brasil tampaknya membuat virus lebih menular.
Baca juga: Sembilan Hari Dirawat di RS karena Covid-19, Uya Kuya Sudah Habiskan Biaya Rp130 juta
"Kasus-kasus tersebut menunjuk pada viral load yang signifikan yang beredar di Brasil karena koinfeksi hanya dapat terjadi ketika virus yang berbeda ditularkan dalam jumlah besar," tutup Spilki.
Lihat Juga: Covid-19 Kembali Serang Singapura, Ini Langkah Kemenkes untuk Halau Penyebarannya di Indonesia
(nug)